Dukung Swasembada Bawang Putih, Petani Cianjur Terapkan Budidaya Ramah Lingkungan
By Abdi Satria
nusakini.com-Cianjur-Kabupaten Cianjur merupakan salah satu wilayah yang disiapkan sebagai sentra sekaligus penyangga benih bawang putih nasional untuk target swasembada 2021. Pada 2018, Kabupaten Cianjur mendapatkan bantuan APBN untuk pengembangan kawasan bawang putih seluas 30 hektare. Kawasan tersebut tersebar di beberapa kecamatan antara lain Pacet, Gekbrong, Cugenang, dan Cipanas.
Lokasi tersebut dipilih karena memiliki ketinggian di atas 1000 m dpl yang secara agroklimat cocok untuk pengembangan bawang putih. Adapun varietas yang banyak ditanam adalah lumbu hijau, lumbu kuning dan sangga sembalun.
Hasan, Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur menyatakan bahwa pada 2019 Kementerian Pertanian memberikan bantuan sarana produksi pengembangan kawasan seluas 250 hektare.
"Bantuan tersebut diharapkan dapat memberi dorongan kepada petani untuk tetap komitmen mengembangkan bawang putih di Kabupaten Cianjur dan mewujudkan swasembada pada 2021 nanti," tutur pria yang akrab disapah Abah Hasan ini.
Beberapa kelompok tani bekerjasama dengan perusahaan importir bawang putih, di antaranya adalah Gapoktan Mujagi yang diketuai oleh Suhendar. Pada 2018 Gapoktan Mujagi melakukan tanam seluas kurang lebih 38 hektare tersebar di Kecamatan Pacet dan Cugenang.
"Pengembangan bawang putih tahun 2018 di Kecamatan Pacet seluas 6 hektare sudah dipanen dengan produksi rata-rata 7 - 8 ton per hektare bahkan ada yang mencapai 12 ton per hektare. Sedangkan yang ditanam di Kecamatan Cugenang pada bulan Nopember - Desember seluas 32 hektare sudah ada yang siap panen pada bulan Maret ini," jelas Suhendar.
Dalam kunjungannya, Aneng Hermami, Kasi Teknologi PHT Sayuran dan Tanaman Obat menghimbau kepada Suhendar dan anggota Gapoktan Mujagi lainnya untuk melakukan efisiensi pada biaya produksinya.
"Efisiensi dilakukan antara lain dengan menggunakan benih unggul dan untuk pemupukan menggunakan pupuk organik dengan menggunakan pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan yang banyak tersedia di lokasi," jelas Aneng.
Untuk pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) dapat dilakukan secara ramah lingkungan dengan penggunaan agens hayati dan pestisida nabati yang dapat dibuat sendiri. Selain itu, lanjut Aneng, juga menerapkan budidaya dengan sistem tumpang sari, sehingga petani tidak bergantung pada satu komoditas saja.
Aneng juga mengajak para petani membentuk koperasi dan sejenisnya untuk mengantisipasi fluktuasi harga. Koperasi selain menyediakan sarana produksi juga dapat mempermudah akses pembiayaan, kredit, asuransi dan pemasaran ke pasar modern dan eksportir.
Penerapan budidaya bawang putih ramah lingkungan di Kabupaten Cianjur tidak terlepas pendampingan dari Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) Bojong Picung / Instalasi Pengamatan dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (PPOPT) Cianjur. Selain itu LPHP juga mendukung dalam penyediaan agens hayati.
"UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura dan Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit/Lab. Agens Hayati diharapkan dapat terus mengembangkan teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan dengan menggunakan bahan dan sarana pengendali yang tersedia di sekitarnya, kemudian menyebarluaskannya, sehingga penerapan budidaya ramah lingkungan semakin meningkat," ujar Direktur Perlindungan Hortikultura, Sri Wijayanti Yusuf secara terpisah.(p/eg)